Tampilkan postingan dengan label zhou's phoem. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label zhou's phoem. Tampilkan semua postingan

Jumat, 01 November 2013

"mengapa kita ada?"

pada mentari,
kau sematkan pertiwi
pada derang rembulan,
kau pancarkan bumi illahi

tergores pena,
pada jejak kaki
dunia bercerita,
kanvas putih menari

dalam detak tertahan,
jantung memompa
di hirup udara,
suara menggema

"mengapa kita ada?"

liebe (rain n' sky)

liebe (rain n' sky)

dan keindahan tertulis,
bila engkau turun..
langkahmu bersama pelangi
di ragaku..

padaku kau berpeluh,
riang bertabu rindu
sesekali tak bisa kau tahan,
jatuh bersama rinai

pada pelangi,
kita tambatkan hati
berpegang erat..
memacu adrenalin tinggi.

setengah penuh isi

setengah penuh isi

"jika semua kasih tenggelam kala senja
jangan kau kenang,
bila waktu berganti hanya terbuang"

pada pojok trambesi,
kau lekat berkarat
menggantung harapan,
pada batu nisan

rinai berurai,
cahaya menyambar
gelap.
dan kau masih tegap

telisik mimpi,
mengurai misteri
menjabar kisah,
setengah penuh isi

bertualang,
pada pagi menjelang
"jangan kau jadikan pejuang!
bila pengorbanan pupus menghilang"

H2O

pada cawan aku menggenang,
pada sungai aku mengalir,
pada kolam aku meriak,
padamu aku menjelma.

dimana kebahagiaan terdiam
~tak lagi sama

Kamis, 24 Oktober 2013

beng-beng (phoem)

Beng-beng

Rasanya beng-beng
Double siksa, nyata
Luka asli, renyah
Menggigit
Menghantam,
Menerjang,
Membadai samudra
Membanting tak karuan

Empat kelezatan sekali gigit

puisi pecundang sayang

Kota kembang, 06/09/13
Pecundang sayang
Di perbatasan itu,
Menunggumu beribu menit lamanya,
Dipenghujung sesak nafas yang tersengal
Lagi, aku berharap kau menoleh
Tersenyum,
atau sekedar melambaikan tangan

Menyusuri jalan yang sama,
Menapaki batu terjal yang enggan berpindah
Kering, kasar, gersang
Berdebu

Kembali aku di perbatasan
Untuk sesuatu yang kau janjikan
Bajingan!
Kau tak datang

Kau mungkin lupa jalan pulang
Tersesat dan sekarat
Sayang pecundang
Kau Bahkan tak memberiku salam perpisahan

Disela rasa lapar
Kenyang seketika aku dibuatnya
Kau melempar senyum
Mengais tangan dan menciumnya
Oekk~Ingin muntah saja rasanya.
Norak!
Kisah ini klasik sekali,
Jadoel dan bau apek

Basi!

phoem

Kota kembang, 05/09/13
Kota kembang
“Ini memang kota kembang,
Namun tak lantas kau dapat bunga berbuket,
Atau bebas memetik bunga seenaknya”.

Kota ini kota kembang,,
Lihatlah!
Beragam bunga tumbuh di tanahnya,
Ciumlah !
Semerbak aroma mewangi di udaranya,
Nafasnya kau endus perlahan
Menyegarkan..

Aku bilang ini kota kembang !
Warna warni dipandang,
Bermacam bunga tertanam,
Berjuta nama terpajang

Hei !
tidakkah kau dengar ?
Ini kota kembang !
Mengapa kau masih menanti hujan ???






Politik imagologi
Jauh panggang dari api.
Politik kau jadikan konsumsi (?)
Pilihannya tak sama!
Kau gerus nalar kritis public

Visualisasi imagologi,
Distorsi komunikasi,
Immortality,
Politik masa kini!

“kader berkualitas mana?”
Artis kau jadikan legisilator!
Pertontonkan kemudian,,
Kedustaan, kepalsuan
Ajang parody politik semata

Hedonis,
Koruptif,
Nasib bangsa nelangsa,
Sia-sia






Eudaimonia (jauh dari kebahagiaan)
Seperti memeluk gunung,
Menanti tak henti,
Berjuang dipermainkan

Menahan matahari,
Silau~menyakitkan

Hibernasi
Manja,
Kau anyam bulu mata,
Menyilang tanagan,
Mengatup lengan,
Pertemukan sikut dengan lutut.

Ini kaki ku!
Ku sentil ‘belly’ gendutmu,
Kau perbaiki letak tidurmu.
Hibernasi..

Kuangkat ‘whiskers’mu
Oh, kau tak punya jambang!
Kutendang kau, dan..
Paw !!!




Nothing
Aku menatap kosong
Lembar bergaris tak terisi
Berbulan lamanya
Tak pernah tersapa
Tak tersentuh tinta ‘durjana’

Berjam-jam lamanya
Aku menuang kisah
Menggores resah
Memecah segala membuncah