Selasa, 07 Februari 2012

SILOGISME


Nama               : Junia Marwa
Nim                 :1210302090
Jurusan/Smt     :Perbankan Syariah B/III
Mata Kuliah    : Filsafat  Ilmu
SILOGISME
Silogisme merupakan suatu cara penalaran yang formal. Penalaran dalam bentuk ini jarang ditemukan/dilakukan dalam kehidupan sehari- hari. Kita lebih sering mengikuti polanya saja, meskipun kadang- kadang secara tidak sadar. Misalnya dalam sebuah ucapan, “Ia dihukum karena melanggar peraturan “X”, sebenarnya dapat  kita kembalikan ke dalam bentuk formal berikut:
a.       Barang siapa melanggar peraturan “X” harus dihukum
b.      Ia melanggar peraturan “X”
c.       la harus dihukum.
Bentuk seperti itulah yang disebut silogisme. Yang dimana:
Kalimat pertama          = premis mayor
Kalimat kedua             = premis minor
Kalimat ketiga             = kesimpulan
Secara singkat silogisme dapat dituliskan:
Jika, A=B , B=C maka, A=C

Silogisme terdiri dari; Silogisme Katagorik, Silogisme Hipotetik dan Silogisme Disjungtif.

a)      Silogisme Katagorik
            Katagorik adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan katagorik. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan dengan premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor (premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan diantara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term).
Contoh:
Semua Tanaman membutuhkan air (premis mayor)
 ……………….M……………..P
Akasia adalah Tanaman (premis minor)
 ….S……………………..M
Akasia membutuhkan air (konklusi)
….S……………..P
(S = Subjek, P = Predikat, dan M = Middle term)

Hukum-hukum Silogisme Katagorik
·         Apabila dalam satu premis partikular, kesimpulan harus partikular juga, seperti:
Semua yang halal dimakan menyehatkan
Sebagian makanan tidak menyehatkan,
Jadi Sebagian makanan tidak halal dimakan
(Kesimpulan tidak boleh: Semua makanan tidak halal dimakan).
·         Apabila salah satu premis negatif, kesimpulan harus negatif juga, seperti:
Semua korupsi tidak disenangi.
Sebagian pejabat adalah korupsi, jadi
Sebagian pejabat tidak disenangi.
(Kesimpulan tidak boleh: Sebagian pejabat disenangi)
Dari dua premis yang sama- sama partikular tidak sah diambil kesimpulan.
1)   Dari dua premis yang sama- sama negatif, tidak mendapat  kesimpulan apa pun, karena tidak ada mata rantai yang menghubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpulan diambil bila salah satu premisnya positif. Kesimpulan yang ditarik dari dua premis negatif adalah tidak sah.
Contoh:
Kerbau bukan bunga mawar.
Kucing bukan bunga mawar.
….. (Tidak ada kesimpulan)
2)  Paling tidak salah satu dari term penengah harus mencakup Dari dua premis yang term penengahnya tidak ten menghasilkan kesimpulan yang salah, seperti:
            Semua ikan berdarah dingin.
            Binatang ini berdarah dingin
            Jadi: Binatang ini adalah ikan.
            (Padahal bisa juga binatang melata)
3)  Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term redikat yang ada pada    premisnya. Bila tidak, kesimpulan menjadi salah, seperti
            Kerbau adalah binatang.
            Kambing bukan kerbau.
            Jadi: Kambing bukan binatang.
            (‘Binatang’ pada konklusi merupakan term negatif sedang- kan pada premis adalah            positif)
4) Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun premis minor. Bila      term penengah bermakna ganda kesimpulan menjadi lain, seperti:
            Bulan itu bersinar di langit.
            Januari adalah bulan.
            Jadi: Januari bersinar di langit.
            (Bulan pada premis minor adalah nama dari ukuran waktu yang panjangnya 31 hari,           sedangkan pada premis mayor berarti planet yang mengelilingi bumi).
5) Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu term subjek, predikat, dan term menengah (middle         term), begitu juga jika terdiri dari dua atau lebih.

b)     Silogisme Hipotetik
            Silogisme Hipotetik adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik.
            Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotetik:
1.      Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent, seperti:
            Jika hujan, saya naik becak.
            Sekarang hujan.
            Jadi saya naik becak.
2.      Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagiar konsekuennya, seperti:
            Bila hujan, bumi akan basah.
            Sekarang bumi telah basah.
            Jadi hujan telah turun.
3.      Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent, seperti:
            Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka
            kegelisahan akan timbul.
            Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa,
            Jadi kegelisahan tidak akan timbul.
4.      Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya, seperti:
            Bila mahasiswa turun ke jalanan,
            pihak penguasa akan gelisah
            Pihak penguasa tidak gelisah.
            Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan.

Hukum-hukum Silogisme Hipotetik
            Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting di sini dalah menentukan ‘kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar.
            Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, jadwal hukum silogisme hipotetik adalah:
a.       Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
b.      Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
c.       Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
d.      Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.
            Kebenaran hukum di atas menjadi jelas dengan penyelidikan berikut:
·         Bila terjadi peperangan harga bahan makanan membubung tinggi
            Nah, peperangan terjadi.
            Jadi harga bahan makanan membubung tinggi.( benar = terlaksana)
            *Benar karena mempunyai hubungan yang diakui kebenarannya.
·         Bila terjadi peperangan harga bahan makanan membubung tinggi
            Nah, peperangan terjadi.
            Jadi harga bahan makanan tidak membubung tinggi (tidak sah = salah)
            *Tidak sah karena kenaikan harga bahan makanan bisa disebabkan oleh sebab atau factor lain.
c)      Silogisme Disjungtif
Silogisme Disjungtif adalah silogisme yang premis mayornya keputusan disjungtif, sedangkan premis minornya kategorik, yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor. Seperti pada silogisme hipotetik istilah premis mayor dan premis minor adalah secara analog bukan yang semestinya.
            Silogisme ini ada dua macam, silogisme disjungtif dalam arti sempit dan silogisme disjungtif dalam arti luas.
            Silogisme disjungtif dalam arti sempit mayornya mempunyai alternatif kontradiktif, seperti:
            la lulus atau tidak lulus.
            Ternyata ia lulus. Jadi,
            la bukan tidak lulus.
            Silogisme disjungtif dalam arti luas premis mayornya mempunyai alternatif bukan kontradiktif, seperti:
            Hasan di rumah atau di pasar.
            Ternyata tidak di rumah.
            Jadi di pasar.
            Silogisme disjungtif dalam arti sempit maupun arti luas mempunyai dua tipe yaitu:
ü  Premis minornya mengingkari salah satu alternatif, konklusi-nya adalah mengakui alternatif yang lain, seperti:
            la berada di luar atau di dalam.
            Ternyata tidak berada di luar.
            Jadi ia berada di dalam.
            Ia berada di luar atau di dalam.
            ternyata tidak berada di dalam.
            Jadi ia berada di luar.
ü  Premis minor mengakui salah satu alternatif, kesimpulannya adalah mengingkari alternatif yang lain, seperti:
            Budi di masjid atau di sekolah.
            la berada di masjid.
            Jadi ia tidak berada di sekolah.
            Budi di masjid atau di sekolah.
            la berada di sekolah.
            Jadi ia tidak berada di masjid.
Hukum-hukum Silogisme Disjungtif
a.       Silogisme disyungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya valid, seperti :
§  Hasan berbaju putih atau tidak putih.
                        Ternyata berbaju putih.
                        Jadi ia bukan tidak berbaju putih.
§  Hasan berbaju putih atau tidak putih.
                        Ternyata ia tidak berbaju putih.
                        Jadi ia berbaju non-putih.
b.      Silogisme disjungtif dalam arti luas, kebenarannya adalah sebagai berikut:
ü  Bila premis minor mengakui salah satu alterntifa konklusinya sah (benar), seperti:
§  Budi menjadi guru atau pelaut.
                        la adalah guru.
                        Jadi bukan pelaut
§  Budi menjadi guru atau pelaut.
                        la adalah pelaut.
                        Jadi bukan guru
ü  Bila premis minor mengingkari salah satu konklusinya tidak sah (salah), seperti:
§  Penjahat itu lari ke Solo atau ke Yogya.
                        Ternyata tidak lari ke Yogya.
                        Jadi ia lari ke Solo. (Bisa jadi ia lari ke kota lain).
§  Budi menjadi guru atau pelaut.
                        Ternyata ia bukan pelaut.
                        Jadi ia guru. (Bisa jadi ia seorang pedagang).
                       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar