JASMINUM SAMBAC
“Apalagi yang mesti dibanggakan, saat nafas hanyalah
kesunyian ..
Dan maut tersenyum disetiap jembatan,,”
Kini
aku berdiri diantara batu-batu bernama, dihadapan ku terdapat dua gundukan
tanah merah, aku hanya mampu menatapnya dengan hati teriris dan tak
percaya,,
Aku
seorang gadis berusia delapan belas tahun yang menjadi seorang ibu, aku
mengerjakan semua pekerjaan rumah, mulai dari mencuci piring, mencuci baju,
bersih-bersih, menyetrika, memasak, dan menyiapkan baju seragam serta sarapan.
Semua aku lakukan sendiri, sejak ibu meninggalkan aku bersama andin di rumah.
Ibu pergi demi sebuah bisnis yang sampai saat ini aku tidak tahu namanya.
Sepeninggalan
ayah, ibu sering menghabiskan waktunya dikamar, jarang makan dan
seringkali aku melihatnya melamun. Padahal sebelumnya ibu adalah orang yang
sangat ceria dan senang bercerita. Ayah adalah seorang pengusaha sukses. Ia
memiliki perusahaan tahu di bogor, dan dua buah hotel berbintang di Jakarta.
Walaupun kami inggal di bandung. Hal itu sempat menjadi bahan rebutan, karena
orang ta ayah meminta ayah untuk tinggal serumah dengan mereka di Jakarta,
begitu juga dengan orang tua ibu di bogor. Dari sanalah di ambil inisiatif
untuk tidak tinggal di rumah orang tua. Selain itu ayah dan ibu juga memang
sudah memiliki rencana lain, dan mereka memilih untuk tinggal di bandung
“kota kenangan”. Tempat pertama kali ayah dan ibu bertemu, hal ini aku ketahui
saat ibu berulang tahun yang ke-35. “ayah bertemu ibumu itu di bandung ini
mel,,”begitu kata ayah. Saat kami makan malam di sebuah restoran. Ibu hnya
tersenyum saja mendengarnya dan andin adikku saat itu berusia tiga tahun
manggut-manggut entah dia mengerti atau tidak.
Setelah makan, ayah mengajak kami ke suatu tempat “ada
yang sepesial” begitu kata ayah. Saat itu andin sudah tertidur di kursi jok
sebelahku,sedang aku ngantuk berat. Karena malam sebelumnya aku begadang untuk
menyelesaikan tugas makalah bahasa Indonesia. Maklum aku kelas tiga SMP
diserang berbagai macam tugas. Sesampainya di tempat tujuan, lalu ayah mengajak
kami turun. “ASTI” Terpampang dengan jelas nama ibu disana. Di sebuah gedung
boutique yang kami tuju. Itulah hadiah special ayah untuk ibu.
Hari
itu hari senin, waktu aku kelas dua SMA. Jelas teringat saat aku bolos sekolah
gara-gara buku tugasku tertinggal dirumah. aku tidak ingin dihukum, tapi
jika pulang pun tidak mungkin,. Aku pasti dimarahi ayah dan ibu jika
mereka tahu aku tidak masuk kelas. Maka aku putuskan untuk pergi ke kantin,
setelah menghabiskan satu mangkuk bakso, tiba-tiba aku teringat rumah, akupun
pulang tanpa berfikir panjang.
Dirumah,
aku tidak menemukan siapa-siapa. Padahal sudah aku persiapkan beribu macam
alasan untuk menjawab pertanyaan ibu.
“kemana orang rumah? Kok sepi,,,”aku heran. “mungkin
jalan-jalan “ begitu fikirku. Maka aku putuskan untuk ganti baju. “Posisi aman”
seruku dalam hati.
Di pintu kamar kudapati sebuah note. Tanpa
berfikir panjang aku langsung berlari keluar dan mencegat taksi “ rumah sakit
indah”.
***
Aku
menangis ssejadi-jadinya, dirumah sakit kudapati ibu tak sadarkan diri, dan
ayah, sudah ditutup kain kafan.ayah telah meninggal karena serangan jantung.
Semua keluarga ada disini. Mereka semua menangis, dan nenek (ibu ayah)
memelukku dengan sanang digat erat, sambil berkata “berita itu,,, ma maa..masa
itu,, fitnahh,,,mereka sangat kejaaamm,,” tapi aku tak mengerti apa yang
dikatakan nya “maksudnya apa ?” dan aku terus menangiss,,.
***
“pormalin”
itulah yang membuat perusahaan tahu ayah di tutup. Ayah digugat dan
menjadi catatan polisi. Sedang hotel habis dibakar masa karena diduga
menjadi tempat hubungan gelap. Selama ini aku tidak tahu hal itu, dan aku
tidak percaya. Hal ini yang membuat ayah terkena serangan jantung dan
kemudian meninggal. Tak urung boutique ibu pun kehilangan banyak pelanggan dan
khirnya bangkrut.
Semenjak
kejadian itu, ibu seolah melupakan aku dan andin. Ia tidak mau makan dan seoalh
kehilangan kata, ia tak ingin berbicara. Aku mengerti, mungkin ibu merasa
sangat terpukul dan belum bisa menerima kenyataan. Karena aku uga pernah
merasakan hal yang sama. Tapi aku tidak ingin terus terlarut. Aku khawatir
dengan kondisi ibu yang semakin hari semakin memburuk.
Aku memasuki
ruangan itu, semakin sepi,, hampa,,asing,,dan gelap. Begitulah kesanku terhadap
kamar ibu sekarang. Seperti tidak ada enghuninya. Ibu duduk di kursi
dekat jendela, kursi goyang yang ia pilih untuk menghabiskan waktunya. Di
hadapannya ada sepiring makanan dan segelas air, itu artinga ibu tidak makan.
“ibu,
ada tamu buat ibu” hati-hati aku mengatakan hal itu. Namun ia tidak bergeming,
masih memandang kosong ke luar jendela.
“ibu,,ada
tamu yang ketemu ibu” ku ulangi kata-kataku, namun ibu masih juga tidak
meresfon bahkan tidak bereaksi apa-apa. Aku putuskan untuk ku parsilahkan saja
tamu itu, karena aku piker tamu itu sangat penting, karena dia teman ayah.
Besok
aku ujian nasional dan aku merasa sangat senang. Bukan karena ujian tapi karena
ibu sudah mulai bersikaf seperti dahulu, dan aku akan merasa tenang mengisi
soal ujian.
Hari
ini ibu pergi dengan om andi ke Jakarta. Teman ayah yang tempo hari datang ke
rumah. Aku tidak merasa khawatir karena om andi orang yang baik, begitu
menurutku.
***
Hari
ini, hari pertamaku ujian nasional, sekaligus hari pertama aku menyandang
profesi ganda. Aku mempersiapkan segala keperkluan andin dari bangun tidur
hingga mengantarnya sekolah. Alhasil aku terlambat lima belas menit masuk
kelas, beruntung tim indefendent tidak melihatku dan aku diperbolehkan pengawas
masuk kelas. Ini terjadi karena ibu tidak pulang malam tadi.
Ternyata
apa yang di bayangkan tidak sesuai dengan kenyataan dan itu sangat menyakitkan.
Semenjak hari itu ibu tidak pernah pulang hanya sekali ia menelpon “ ibu masih
di Jakarta ada bisnis” ujarnya saat aku Tanya alasan ia tidak pilang. Bisnis
apa? Pertanyaan itu tidak pernah bisa aku ungkapkan.
“ibu ingin kamu sekolah setinggi-tingginya, makanya
ujiannya yang bener, ibu juga nitip jagain andin baik-baik yaa,,”
“kapan ibu pulang ?”
“secepatnya sayang, sampai kerjaan ibu kelar,,”
terdengar parau suara ibu.
“ ibu sibuk banget yaa ? sampai gak bisa pulang,,”
“ ini demi kalian sayang ,, percayalah pada ibu”
Aku sayang ibu,,” tiba-tiba tenggorokanku terasa
sakit.
“ ibu juga sayang kalian “
Aku
tidak mampu berkata-kata lagi, tapi aku tahu satu hal, ibu talah bangkit dari
keterpurukan.. tapi, mengapa ia terasa begitu jauh..
Terdengan suara mobil memasuki halaman depan “ itu
pasti andin” akupun langsung keluar untuk menyambutnya.
“hai sayang, gimana sekolahnya?”
“asyik kak, belajar nyanyi-nyanyi gitu,,dan aku
goyang,, jogett dangdut kak..” jawab andin sambil memperagakan jogetnya,,
akupun tersenyum.
“ ya sudah,, sekarang ganti baju dulu gih, habis itu
kita makan.”
Andinpun langsung lari ke kamarnya untuk berganti
pakaian.
“makasii ya fer,,aku jadi ngerepotin kamu” ku ucapkan
terima kasih kepada ferdy. Dialah orang yang selalu mengantar dan menjemput
andin.
“ masuk dulu yuukk..!” ajak ku.
“sekarang aku mau nganter mama arisan, gag papa kan ?
nanti malam aku kesini decchh,,”
Setelah
pamit ferdy pun menstarter mobilnya dan pulang.
Senja hendak pamit, matahari di upuk barat telah
tenggelam menuju peraduannya, menyisakan semburat mega merah. ake rasa hari
hamper gelap. Libur kali ini cepat sekaliberlalu, ya,, hanya satu minggu
memang, liburan setelah ujian sekolahku usai.
Sejak
pagi aku mengotak atik computer, sperti kebiasaan ku tiga hari kebelakang, tapi
kali ini dengan satu makalah tebal. Yang baru aku selesaikan malam tadi. Aku
sedang mempersiapkan tugas akhir sekolahku “siding makalah”. Perutku terasa
sakit sekali, karena dari pagi aku belum menyentuh makanan apapun. Itulah
masalahku , jika hendak mengejar target.
Terdengar suara mobil berhenti di halaman depan, dan
seseorang yang memasuki rumah setengah berlari, langkah itu semakin jelas
terdengar, semakin dekat dan sepertinga hendak menuju ke kamarku.
“ kau membuat aku khawatir, andin bilang kamu sakit,
sakit apa? Kenapa tidak menelpon??” tanyanya sambil menempelkan telapak
tangannya di atas keningku, terlihat jelas kekhawatirannya ketika melihat aku
terbaring di atas kasur, ia pun uduk di sebelahku. Orang itu tidak lain adalah
ferdy. orang yang selau mendengar keluh kesahku dan menemani aku dalam suka dan
duka. Sehingga aku member predikat “orang tersetia sedunia”.
“aku tidak apa-apa. Hanya sedikit demam, dan aku sudah
minum obat” jawabku “mungkin aku terlalu lelah mengejar target untuk siding
makalah “
“teus kamu lupa makan dan begadang “ selanya.
Seketika hening.
Itu terlontar begitu saja. Aku menarik nafas
dalam-dalam.
“aku tida tahan dengan semua ini, kehidupan macam apa
ini ? sepert apa sebenarnya keluarga itu ?”
Pangkal tenggorokanku mulai terasa risi , dan terasa
begitu panas di kedua mata.
“aku telah kehilangan seorang ayah, dan ,, kali ini
aku ditinggal seorang ibu,,”kali ini aku tidak dapat menahan air
mataku.
“tenanglah,,ibumu pasti mempunyai alasan untuk ini,,”
ferdy mencoba menenangkanku.
Aku
berjalan di koridor sekolah, begitu panjang rasanya lorong ini,,meski aku
setengah berlari, tak jua aku sampai di tempat tujuan. Mungkin, karena hari
ini, hari yang berbeda,, aku datang dengan tujuan dan kesempatan yang berbeda,
hari yang menegangkan, dimana aku akan berhadapan langsung dengan seluruh guru
di sekolahku, untuk mempertanggungjawabkan makalah yang sudah aku buat.
Akhirnya aku sampai di tempat tujuan. Aku pun langsung masuk.
***
Matahari
pagi ini begitu cerah, ditmbah kicauan burung yang terbang beriring hinggap
dari satu pohon ke pohon yang lain.menambah keindahan panorama alam. Mobil yang
kami tumpangi pun memasuki halaman sebuah restoran. Aku kontan tersenyum. Tadi
pagi-pagi sekali ferdy datang ke rumah memaksa aku dan andin untuk ikut
dengannya.
“aku kira akan ada penyerbuan masa ke rumahku” ucapku
sambil tersenyum. “eee,,,taunya mau diajak makan” lanjutku. Ferdypun tersenyum.
“aku kan mau kasih surprise sekalian ngerayain siding
makalah kamu” katanya.”kamu hebat bisa dapet nilai A ,, ayoo !” ajaknya seraya
keluar dari mobil.
“mau makan apa anak manis ?” Tanya ferdy kepada andin.
Pertanyaan itu di jawabnya dengan muka jutek sambil
manyun. Mata ferdy pun beralih kepadaku. Aku hanya mengangkat bahu saja.
“mau es cream” jawabnyatiba-tiba.
“anak manis,, makan dulu ya,, nanti baru beli es
cream”
Mendengar itu andin langsung mengabsen makanan
favoritnya untuk dipesankan.
“kamu?” Tanya ferdy kepadaku.
“akku seperti biasa” jawabku singkat.
Setelah makan andin langsung menagih janji ferdy untuk
dibelikan as cream.
“iya,, tapi tidak disini saying,, kita beli di,,”
“taman kota,,” lanjut andin .
Andin hafal betul tempat itu, tempat nongkronkami
bertiga, sekaligus tempat favoritnya karena disana ia bisa makan es cream
sepuasnya.
Turun
dari mobil andin langsung duduk di bangku taman, sedang aku asyik memotret
sekeliling taman. Ferdy datang dengan setumpuk es cream di tangannya. Andin pun
langsung melompat dan seketika beberapa es cream oun berpindah tangan
kepadanya”uuhhh…sedaaapp”. Dilahapnya es cream itu. Ferdy pun duduk di sebelah
kiri andin.
Andin terlihat asyik dengan es creamnya, selain
mnikmati, ia juga bisa mencoret-coret muka ferdy dengan es cream sampai
mengenaskan. Akupun ikut bergabung menikmati es cream di sebelah kanan andin.
Sesekali andin bertanya dengan mulut penuh atau mengomentari apa saja yang
dilihatnya.
“lihat itu..” seru ferdy sambil menunjuk seorang ibu
gendut yang mengenakan rok mini dan tang top.
“buntelan” jawab andin.
Kontan kami berdua tertawa. Dari jauh sepasang mata
memperhatikan kami seraya berjalan hendak menuju ke arah kami. Dan benar ia
menuju ke arah kami. Aku,andin, dan ferdy.
Setelah tepat dihadapan kami, laki-laki itu pun
tersenyum.
“kalian keluarga yang bahagia” katanya sambil berlalu.
Kontan kami saling melihat satu sama lain. Lalu
kami tertaw bersamaan tiba-tiba aku ingat seseoarang. Ibu..
Tiba-tiba
aku merasa dingin, semakin lama semakin dingin .. dan sepertinya ada sesuatu
yang bergerak di atas kakikku. Dengan malas ku bukakan mataku. Terlihat andin
sedang berusaha melepas selimut yang tnggal di ujung kaki ku.
“bangun kak mel !” suaranya terdengar kesal. Tapi aku
ingin menikmati mimpi libur kali ini. Ku tarik lagi selinut dan kembali tidur.
Rupanya andin tidak putus asa, ditariknya lagi selimutku, dan di tambah dengan
stu teriakan khas “ kebakaran !! “ akupun menyerah dengan malas ku gelitkan
tangan dan bangun. Terasa hangat cahaya matahari yang masuk ke jendela kamar.
Tiba-tiba andin datang dengan gagang telpon dan memijit-mijit angka ..”nihh “
lalu menyodorkannya kepadaku.
“saying ibu sekarang di bandung. Tapi tidak bisa
pulang hari ini, mungkin besok atau lusa.”
Mungkn..??besokk..??lusa..?? kapan itu buu?? Aku sangsi hari itu benar-benar ada.
“jaga andin baik-baik ya,,ibu sayang kalian,,”
“kami juga,,” jawabku setengah berbisik.
Ku letakkan kembali gagang itu, setelah suara di
sebrang mengakhiri pembicaraan nya. Selama ini aku selalu menantikan
kepulangannya, juga andin.
“ibu mencintai kita”. Selalu itu yang aku
katakana kepada andin.
Tapi kali ini, aku tidak tahu seperti apa ibu
sekarang, entah aku harus mencintai atau membencinya.
“kupu-kupu malam !!” begitu teriris hatiku mendengar
julukan tetangga terhadap ibu.
“iya,,dia bolak balik hotel siang malem sama laki-laki
orang lagi,, di kota metropolitan itu.” Timpal tetangga yang lain.
Masih terdengar jelas kata-kata itu , terngiang dan
tak pernah bisa aku lupakan. Kata-kata itu bagaikan sembilu menusuk-nusuk ulu
hatiku. Saat aku tengah membeli sayuran di jalan depan rumah.
Ibu?? Sosok seperti apakah ibuku ??.
***
“aku mengadu pada –Mu..
Dengan segala gundah yang mendekam di relung kalbu..
Ku curahkan pada-Mu ,
Resaah hati yang memenuhi nurani,
Birlah ku ruangkan segala ketakutan,
Saat senua menjadi tanda Tanya..
Beribu harap atas –Mu..
Tuhan .. kuatkanlah hatiku,,”
Disepertiga
malam ini, aku bersujud kepada-Nya, dengan air mata berjatuhan yang tidak dapat
aku tahan. Mengadukan semua yang aku rasakan. Berharap tuhan menjawab semua
ketidak pastian,.
“tuhan , berikan aku kekuatan hati, luruskanlah semua
yang telah salah.”
“ini, “ dia menyodorkan map dan berkas-berkans.
“ibumu meminta aku untuk memberikan berkas-berkas ini
pada mu, jka dia telah tiba,,” lanjut pak suboto. Seorang kuasa hokum keluarga
kami.
Jika dia telah tiba ? tapi?? Ibu,??? Apa maksudnya..?? pertanyaan itu bermunculan begitu saja di kepalaku, tanpa bisa aku
menanyakannya. Ku terima map dan berkas-berkas itu dengan hati bergetar,, ada
perasaan takut dalam hatiku, namun aku mengusir semua pikiran buruk
tentang ibu. Perlahan aku membuka dan membacanya. Kertas itu berisi tentang
sebuah boutique, hotel, pondok bambu, dan rumah yang aku dan andin tempati sat
ini, semua tertera atas nama “melati dan andin”.
Tuhan inikah jawaban atas semua pertanyaan-pertanyaan
ku ? ibu merintis kembali boutique nya
yang telah bangkrut, dengan nama yang tidak asing lagi bagiku “jasminum
sambac”.
Aku
teringat saat sekolah dulu, guru biologiku selalu memberikan hafalan
bermacam-macam binatang, bunga dan tanaman-tanaman lainnya dalam bahasa latin
biologi yang disebut dengan “binominal nomenclature”, system penamaan
makhluk hidup menurut carolus linaeus. Dan setiap hendak masuk kelas
kami harus dapat menyebutkan satu saja istilah itu sebagai break fast
, dan aku selalu menyebutkan istilah yang sama setiap hari yakni “jasminum
sambac” yang artinya bunga melati. Dan sekarang ibu mengukirnya di atas
boutique itu. Tiba-tiba mataku terasa begitu panas. Dua hotel berbintang
ayah ? bagaimana ibu bisa? sejauh ini ibu telah melangkah.
“iya, dia bolak-balik hotel siang malam, sama
laki-laki orang lagi, di kota metropolitan itu.” Teringat lagi kata-kata itu,
begitu jelas terngiang. Jadi, selama ini ibu membangun kembali hotel ayah
dengan rekan-rekan ayah yang dulu. Belum hilang perasaan terkejut dan banggaku
kepada ibu. Aku membacanya sekali lagi. Pondok bambu? apa itu? ya tuhan
,, ibu membangun pesantren kecil ? di bandung? hal yang tak pernah terfikir
oleh ku.
“ia ingin kamu sekolah setinggi-tingginya “ lanjut pak
subroto.
“namun, tuhan telah menjemput ibumu dalam kecelakaan
pagi tadi. Mobil yang ibumu tumpangi kehilangan rem, jadi saat di tikungan
ibumu dengan sopir tak dapat di selamatkan.”
Kata-kata itu bagaikan godam memukul ulu hatiku.
Seketika aku hancur. Aku tidak percaya mendengarnya. Tiba-tiba kepalaku pusing,
dunia seolah berputar,, semua benda menjadi dua
,,kunang-kunang,,remang-remang,,dan gelap. Aku tidak ingat apa-apa lagi.
***
“kak melati”.. suara andin membuyarkan lamunanku.
Seketika aku tersadar, begitu lama aku terlarut dalam kisah tragis itu. Ku usap
kedua mataku dengan tisu yang diberikan andin. Ku taburkan bunga melati dengan
panjatan doa untuk kedua gundukan tanah merah di hadapanku. Untuk ibu tercinta,
dan laki-laki yang aku cintai setelah ayah meninggal sati tyahun yang lalu.
Dialah kekasihku, ferdy. korban tabrak lari.serta ku titipkan doa untuk ayah
yang tidak di kuburkan disini.
Tuhanpun menjawab.
“ibu, akan aku jaga andin sebaik-baiknya. Aku janji.”
Ku peluk andin erat-erat . dan kami tinggalkan tempat
itu dengan setumpuk bunga melati.
Wed_nov 11st 09.
“hidup adalah sebuah anugerah,
Kita tidak akan pernah tahu,,
Betapa berharganya..
Apa saja yang telah kita miliki,,
Sampai kita kehilangannya..
Sebaliknya, kita tidak akan pernah tahu,,
Bagaimana rasanya kehilangan ..
Jika sesuatu itu tidak pernah datang,,”
Terima kasii bwadd bu rimaa,,guru
bhs. Indonesia kuq tercintaa..
- Bwadd bu
ranii juga,,
- Bwadd
temen-temen seperjuangann,,
Hehee,,, ada yang masii ingatt,,??
- Bwaad
onyet selagomongg,, maavv yaa,,,haruus nya ini story about u,,ehhs malah
nyimpang,,hehee,,
- Bwdd
ahoong ,, masih ingat masalah kertas pink,,HVS ??
Tidak ada komentar:
Posting Komentar