Selasa, 30 Juli 2013

jangan habiskan

*Sajak jangan habiskan

Kawan, jangan habiskan air mata menangisi seseorang
yang jangan-jangan tidak pernah menangis untuk kita

Jangan habiskan waktu memikirkan seseorang
yang boleh jadi tidak pernah memikirkan kita

Hidup ini memang kadang ganjil sekali,
Ada milyaran orang, tapi kita menambatkan hati
Ada berjuta kesempatan, tapi kita memilih satu saja

Hidup ini memang kadang rumit sekali,
Ada banyak hari esok, tapi kita tidak beranjak
Terlalu banyak hari kemarin, tapi kita terus terbenam

Aduhai, hidup ini memang kadang menyebalkan sekali,
Ada begitu banyak tempat, tapi kita masih di situ-situ saja
Ada begitu banyak pilihan kendaraan, tapi kita tidak segera naik
Masih saja di sana. Menatap kosong kesibukan sekitar.

Sungguh, jangan habiskan waktu kita
Untuk seseorang yang tidak pernah tahu
Bahwa kita menghabiskan waktu demi dia.

*Tere Liye, repos

apre's la pluida (setelah hujan)

Lihatlah !

Sorot matanya tajam seperti burung elang, ia menatapmu lekat, memperhatikan, menelisik dari ujung kepala hingga kakimu. Seakan-akan kamu merasa dipandangnya tanpa busana –memalukan!-. dua bola mata itu berbalik memutar layaknya orang kesurupan. Merasa tak ada yang menarik untuk dibanggakan. Lantas kemudian berlalu. Meninggalkanmu dengan segenap perasaan tak senang (baca: terhina).

Saat berbicara mulutnya berbisa, mematikan lawan dengan kata-kata racunnya, aiih .. sudah seperti ular saja! Saat kamu mencoba berinteraksi denganya, sekedar menimpali dengan kata-kata terbaikmu, atau bisa saja saat kamu mencoba memujinya, ia lantas menendangmu dengan kosa kata yang serupa, dengan kerendahan hati, kamu bangkit dan tersenyum, dibalasnya dengan pijakan kaki di kepalamu, lantas ia melangkah dengan gagah, merasa bangga. Saat itu kesabaranmu digerogotinya. Tikus got yang tak pernah mengecap bangku sekolah.

Senyumnya menyungging, kecut dan tak berperasaan. Seperti melihat tikus got yang lari di jalanan lantas tertabrak kendaraan. Hewan malang yang menjijikan. Tak penting!

Jika ia memiliki hati, sepertinya ia terbuat dari sebongkah batu es abadi -dingin dan keras- namun sayang ia tak bisa mencair. Seperti batu karang yang berdiri angkuh, kasar, kuat, keras dan kemungkinan besar terluka saat kamu bermain-main dengannya.

Tapi dengan jiwa besarmu, lagi-lagi kamu mencoba mendekatinya dan tak menghiraukan goresan-goresan luka dihatimu. Kamu bilang ‘aku hanya sedikit terserang flu’ yang hanya dengan kesabaran ia akan hilang. Masih saja ia angkuh dengan  kesendiriannya, keterpurukannya, dan keputus-asaannya, saat ternyata segala sesuatu tak lagi berputar pada rotasinya, tak lagi berjalan di arahnya, bahwa kenyataan waktu tak lagi memihaknya. Ia masih saja bangga dengan kesombongan. Ketika itu, kamu membawa dua buah apel kesukaanmu. Dengan segenap rasa syukur kamu mengunyah apel itu, terasa nikmat, manis dan lezat. Kamu meliriknya,ia menatapmu lantas mengalihkan pandangannya. Dengan dua langkah kaki, kamu sodorkan apel ke-duamu dengan segenap keikhlasan. Tapi ia mengacuhkanmu, kamu sodorkan lebih dekat, ia melirikmu dan melirik apelmu. Dengan ragu dan penuh gengsi ia menerima apel itu dan menggigitnya. ‘Apel ini biasa saja’ pikirnya, tidak seperti yang dibayangkannya saat ia melihatmu memakan apel itu. Dengan keki ia lemparkan apel itu dihadapanmu.

Mungkin saja indra pengecapnya telah mati. Lebih mungkin lagi indra perasanya tak berfungsi, dan yang pasti ia telah kehilangan dirinya, dan mati sejak lama.


#**Janganlah kamu menjadi seperti ‘dia’ namun jangan pula ingin menjadi seperti ‘aku’ karna “jika kamu ingin menjadi seperttiku, siapa yang ingin menjadi sepertimu?”  **


kamu tahu? dia mungkin angkuh, sombong, tidak berperasaan, keji dan segala keburukannya. itu membuatmu mengelus dada dan kasihan. tidakkah kamu tahu juga? kamu tak punya harga diri di matanya.

faktor tak memiliki masa lalu dan masa depan

Cemburu itu milik cinta, menjadi melodi yang mengalun terbata,,Tapi ia bukan benci,, melainkan setitik pesan yang disampaikan jiwa dalam alunan .. “cinta”.”
------------------------------------------------------------------------------------
Gerangan apa yang membuatmu menangis?
Sesuatu yang kau cintaikah?; yang membuatmu menjadi buta. Menutup mata dari kekurangan-kekurangan, yang boleh jadi merusak.
Atau karena terlalu membenci sesuatu; yang juga membuatmu buta. Menutup matamu dari kebaikan-kebaikan, yang boleh jadi bermanfaat.
Kamu tahu?
Betapa rasa lega dan bahagia itu juga dekat dengan tangis.
------------------------------------------------------------------------------------
Rey..
Tiga tahun silam, butir-butir  bening itu juga keluar dari matamu. Aku mengingatnya karena hal itu sedikit tidak wajar menurutku. ahh entahlah..  tak habis pikir aku dibuatnya, bisa-bisanya kau makan umpan B*****an itu. Yang lebih mengecewakan lagi kau menangis karena kau menginginkannya. Brengse* memang.
Sejauh ini aku mengenalmu dengan cukup baik. Maksudku kebaikan dan keburukanmu hampir tak ada yang tak aku ketahui. Meski neraca antara keduanya aku tak tahu. Kau egois, jutek, tertutup, minder, kurang pe-de, cuek dan tak berperasaan; yah.. itu yang aku dengar dari temanmu. Kau nyaris membuat lelakimu (kala itu-yang entah kapan) meledak dengan kemarahannya, ia merasa tak berarti karna tak kau perhatikan, kerja kerasnya untuk membuatmu cemburu berhasil-nihil- kau balas dengan acuh tak acuh. Kejam sekali kamu rey..
Beberapa malam yang lalu, saat aku hendak membeli ‘makan malam’ku aku dikagetkan sebuah jeritan. Hanya sekali memang, tapi cukup memekakan telinga. “orang gila” kataku sambil lalu.
Aku kembali, di perjalanan menuju ‘tempat’ku aku mendengar suara tangis, sedu sedan. Langkahku tertahan, tepat tiga langkah disamping kamarmu.
***
Kau menangis, marah, dan kau bilang ingin memukulnya. Tidak, kau bahkan ingin menghancurkannya, meraibkan dan jika masih tak bisa kau ingin menguburnya. Mnghacurkan rasa sayangmu, meraibkan rasa cintamu, dan mengubur keduanya saat kau merasa tak mampu. Cukup rumit sepertinya. Bagaimana bisa kau memiliki perasaan sebesar itu???
Di kamarmu, aku bisa melihat kekacauan yang kau buat. Kebiasaan lama yang menjengkelkan. Dinding ini penuh dg Coretan :dimana-mana, seperti lagunya Iwan Fals sang legendaris *coretan dinding*. Aiiissshh ..Buruk sekali.
Kau tidak akan tersandung gunung, tapi tersandung kerikil kecil yang jika kau biarkan dan tak kau perbaiki mungkin akan menggunung tinggi. Segala sesuatu itu hampir dimulai dari yang terkecil. Seperti malam ini, pecah tangis karna Perkara kecil yang dibesar-besarkan. Kau tak bisa menerima, siapapun dia: orang dari msa lalu, masa sekarang, atau bahkan masa depannya yang mungkin ia persiapkan. Padahal ‘kemaren lalu’ itu tak masalah bagimu.  Kau cemburu. Itu kesimpulanku.
Satu hal yang baru darimu. KAU SANGAT PENCEMBURU. Aku baru tau hal itu. Malam ini.
Sudah pasti aku dikamarmu rey,,
Aku tanpamu, dunia kosong sepertinya. :)
--------------------------------------------------------------------------------
Rey...
Pernahkah engkau melihat matahari ?
Mengapa setiap  pagi ia terbit?
Dan ketika senja menyapa, setia ia terbenam..

Jawabannya hanya satu,,,
Karena cinta untuk pengabdian demi kesetiaan tanpa batas.
Percayalah...
‘Cemburu itu tanda tak mampu’ itu yang kau bilang padaku dulu. :D
------------------------------------------------------------------------------------
Apa kau mencintainya? (wajar jika kau cemburu)
Apa merasa tak mapu? (wajar jika kau cemburu)
Apa kau percaya padanya? (tidak seharusnya kau cemburu)
------------------------------------------------------------------------------------

faktor tak memiliki masa lalu dan masa depan.  Akan membuatmu ekstra cemburu. Terlebih kaumencintainya.

the last story

“Kita begitu berbeda dalam segala hal,, kecuali dalam.. cinta.” ~Gie
Kau bilang padaku dia gadis yang pendiam, sedikit jutek, dan jual mahal. Aku merasa murahan dengan kata terakhirmu. Bagaimana tidak?
Aku benar-benar tak layak cemburu,, hanya saja perasaan yang satu ini membuat aku gila karena nya. Kau menyimpan dengan baik perasaanmu untuknya, menata rapi untuk kelak ia singgahi ~aku masih saja cemburu
Keaadaan membuat kita tak sama lagi.
#04 juli 2013
Dengan cinta yang utuh,
Rey

Rey tertegun, lalu kemudian menutup lepi si biru kotak rahasia itu. Ini sudah larut malam, tapi ia sama sekali tak dapat memejamkan mata. Masih terngiang hampir setiap kata yang terucap magrib ini. Luka dalam memang tak terasa sakit di menit pertama namun kemudian menjadi neraka pada jam berikutnya. ~Ada rasa sakit dihatinya.
“Ini memang sudah merupakan kesalahan sejak awal. Namun aku tidak menyalahkanmu, karena kita punya bagian masing-masing di dalamnya, yang mana ,, semua merupakan kesatuan.
Bukan hanya aku saja yang sadar; bahkan mungkin kamu lebih sadar lagi. Karena saat aku sudah tak mampu berpikir dengan layak, kamu masih bisa berpikir dengan sangat baik.”
“ini mungkin jalan terbaik,,” batin rey.
***
Ternyata kau memilih malam ini. Entah dengan alasan apa, entah ada keistimewaan apa namun yang pasti ada ketidaknyamanan yang terpancar jelas dimatamu. ~sebenarnya kau sudah pernah mencobanya sekali, dan ini kali kedua.
Rey  sama sekali tak meragukan perasaannya, rey yakin akan hal itu. Tapi, tak ada yang bisa rey janjikan begitupun denganmu~bukan begitu?
“Jika titik masalahnya ada padaku, apa yang bisa kau janjikan ???. Jika kita memperjuangkannya bersama-sama, bukankah itu artinya kau akan memperjuangkanku dengan segala yang melekat padaku?. Tapi,, kita berhenti disini “ ~sebelum semuanya dimulai~ karena keraguan lebih besar daripada keyakinan. #warming up
“Aku pikir kita belum benar-benar memulainya. Padahal minggu ini aku berniat mengajakmu kerumah” #niat.hanya.sekedar.niat ~Ada pergulatan hebat di hati rey.
Jika itu terjadi, sudah pasti akan menjadi lembaran pertama yang harus dihadapi dengan penuh keyakinan. ~tapi kita tak memiliki keyakinan itu
Anehnya,,rey tak meneteskan air mata  sedikitpun.. Mungkin rey sudah puas menangis malam-malam  kemarin ~@ S**. Dua malam terakhir bagai letusan magma dihatinya. Disadari atau tidak, sepertinya rey sudah  mempersiapkan diri untuk hal ini. ~untuk pertama kalinya aku membencimu, kota kembang.
Sejujurnya rey takut suatu hari nanti dimana kau memperkenalkan seseorang  yang kau pilih kepadanya, melihat kau dengan calon bidadarimu kelak, atau sekedar melihat kau melakukan pe-de-ka-te  entah itu dihadapan atau dibelakangnya ~ kabar burung pun rey sangat tak berharap~ semoga burung tak memberinya kabar…
“lebih baik aku tak tau ‘apapun’ tentang kamu. Setidaknya sampai aku dapat mengubur harapan-harapan yang terlampau indah tentang kita”
Rey takut, rey belum siap dan tak rela.
Rey takut apa yang sudah digariskan Tuhan tak sesuai harapan. Ada sedikit ketakutan menghadapi masa depan dihatinya. ~kenapa tak Kau biarkan aku memilih Tuhan.
“Kau berharap aku tak marah bukan? Kau berharap aku tak cemburu bukan ? Sungguh aku tak bisa berjanji. Tapi,, aku akan berusaha tak menunjukannya.”
Perasaan hanyalah perasaan. Bagaimana bisa aku memaksanya???
Ada orang yang mencintaiku, ada orang yang kau cintai, dan ada cinta kita yang terpatri.
Pada akhirnya, kita memilih jalan masing-masing…
Maaf,, sudah menghalangi jalanmu dengan kabut tipis yang membuat perhatian tak jelas.
‘merdekakanlah hatimu !’
Terimakasih telah menjaga perasaanku selama ini.
“Tuhan,, rupanya aku ‘lupa’ bersyukur lebih pada-Mu”

Rey..
Sekarang waktunya memperbaiki diri agar layak dicintai.. Jangan sampai ditinggalkan cinta lagi, karena ketidakmampuanmu rey..
Seandainya tuhan menganugerahi nasib yang lebih baik kepada kedua orang tuamu rey,., Mungkin ceritanya akan sedikit berbeda,, #harapan.tinggal.harapan
Semoga tuhan mengindahkan harapanmu..mengindahkan harapanku dan meridhai harapan-harapan kita.. Amiinn
#JADILAH SESEORANG YANG LAYAK DICINTAI

* tulisan ini hanyalah fiktif belaka.

conversation *masalaluku-zizan

deret tetesan air mata,
kurasa kini kering sudah,
meratapi masa laluku,
yang tak berpihak kepadaku..

kini engkau ada dimana,
ku tak tau apa kabarmu,
mungkinkah nanti kutemui,
dirimu yang aku cintai..

tertulis kisah cerita kita,
begitu indah masa laluku,
dia menangis dipelukanku,
lalu berkata "pertahankan aku"..
............

***

'pertahankan aku, oh rey ayoo lah,, '
rey sudah tak mau menggubrisnya lagi, bisikan yang sedikit membuatnya gila itu tak lagi dihiraukannya.
'kita lihat saja nanti' rey dengan ogah menimpali. seraya menelusup dibalik selimut.

***

"hei kamu !
iya kamu !
kamu yang selalu berbisik dan tak pernah jemu, adakah alasan untuk aku bertahan ?" rey menghela napas sejenak.
"tidakkah kau lihat? coba perhatikan ! dia sama sekali tak mencintaiku ! sama sekali tak peduli padamu ! mengapa kau begitu bersikukuh agar aku mempertahankanmu!. tidak puaskah kau membuat hidupku seperti neraka jahanam ini. " lanjutnya.

"aku tau kau mencintainya, dari itu aku ingin kau bertahan sedikit lebih lama lagi" jawab bisikan itu

"karna aku mencintainya,, bukankah sudah seharusnya aku membiarkan dia bahagia.."

bisikan itupun merenung dan tak lagi berkata.

"sudahlah.. biarkan aku tidur sejenak, aku lelah" rey mengakhiri percakapan itu.